19 Oktober 2021 Artikel oleh John Piper Pendiri & Pengajar , desiringGod.org
Tujuan saya dalam artikel ini adalah untuk mendorong orang-orang Kristen untuk divaksinasi jika mereka memang dapat melakukannya dengan hati nurani yang bersih dan jaminan medis yang bijaksana.
Secara khusus, saya mendorong mereka yang tidak divaksinasi karena merasa takut tidak sejalan dengan orang-orang yang mereka hormati; dan merasa malah sejalan dengan orang-orang yang tidak mereka kagumi. Pesannya saya kepada mereka sederhana saja: ”Anda merdeka.”
Jadi, saya tidak berbicara secara langsung pada semua orang. Jika segala sesuatu memang terasa sudah sesuai, ujilah hati nuraninya Anda, konsultasikan dengan dokternya Anda, dan berilah diri Anda untuk divaksinasi. Jika tidak, pergilah dengan air mata dan dengan sukacita dalam perjalananmu. Dengan air mata, karena lebih dari 4,5 juta orang telah meninggal akibat Covid-19 di seluruh dunia (termasuk lebih dari 700.000 warga Amerika Serikat). Dengan sukacita, karena Kristus secara ajaib memungkinkan kita untuk mengasihi orang-orang dengan menjadi ”berdukacita, namun senantiasa bersukacita” (2 Kor. 6:10).
Apa yang Memicu Api Menyulut
Sebelum saya membahas argumen alkitabiah untuk kemerdekaan yang radikal, pertimbangkanlah beberapa statistik yang ”menyulut api” ketika artikel ini dituliskan.
- ”Hampir semua kematian Covid-19 di Amerika Serikat padasaat ini, terjadi pada orang yang tidak divaksinasi…. Mulai Mei [2021]… infeksi pada orang yang sudah divaksinasi lengkap kurang dari 1.200 pasien dari (lebih dari) l07.000 pasien rawat inap COVID-19. Itu berarti sekitar 1,1%. Hanya sekitar 150 kematian dari (lebih dari) 18.000 kematian COVID-19 pada bulan Mei terjadi pada orang yang divaksinasi penuh. Itu berarti sekitar 0,8%” (Associated Press).
- Indiana ”melihat 3.801 kematian akibat virus corona antara [18 Januari, 2021] dan 16 September — 94% dari mereka tidak divaksinasi…. 97,9% Hoosier [istilah bagi penduduk Indiana yang membawa jagung] yang berusia kurang dari 65 tahun meninggal dalam kondisi belum divaksinasi” (Evansville Courier and Press).
- Di Montana, ”dari Februari 2021 hingga September 2021,… 89,5% kasus, 88,6% rawat inap, dan 83,5% kematian adalah di antara orang-orang yang tidak divaksinasi penuh, termasuk mereka yang belum memenuhi syarat untuk vaksinasi” (KRTV — Great Falls).
- “Lebih dari 95% dari 443 orang di bawah usia 60 tahun yang meninggal karena COVID-19 di Kentucky sejak awal Juli tidak divaksinasi” (Lexington Herald-Leader).
- Departemen Kesehatan Pennsylvania melaporkan bahwa di antara 1 Januari dan 4 Oktober 2021, ”93 persen kematian terkait COVID-19 terjadi pada orang yang tidak divaksinasi atau tidak divaksinasi sepenuhnya” (FOX43).
Ketika orang-orang menanggapi kenyataan yang jelas, yang semakin meningkat ini, dengan berdalih mengenai para pemimpin pemerintah dan tenaga medis yang tidak dapat dipercaya dan bereputasi, saya menjawab, “”Itu tidak sequitur [logis].” Tim ”vaksinasi” baru saja berhasil melakukan gol pertamanya (touchdown) bahkan ”ketika para monyet yang sedang memegang kendali” (Untuk teman-teman di seluruh dunia yang tidak tahu mengenai olahraga American football, istilah itu bermakna kalau kemenangan adalah kemenangan bahkan ketika para pelatih dan wasit dalam pertandingan tersebut tidak kompeten).
Jadi, mari kita membahas mengenai kemerdekaan-Kristen.
Panggilan Petrus untuk Kemerdekaan
Rasul Petrus berkata:
Sebab, begitulah kehendak Allah: dengan berbuat baik, kamu membungkam ketidaktahuan orang-orang bodoh. Hiduplah sebagai orang-orang yang merdeka, tetapi jangan pergunakan kemerdekaanmu itu sebagai kedok bagi kejahatan. Sebaliknya, hiduplah sebagai hamba-hamba Allah. Hormatilah semua orang. Kasihilah saudara-saudara seiman, takutlah akan Allah, dan hormatilah raja (1 Pet. 2:15-17, AYT).
”Hiduplah sebagai orang-orang yang merdeka.”
Petrus baru saja berkata, ”Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi,” (1 Pet. 2:13). Jadi, bagaimana Anda bisa ”tunduk” dan ”merdeka” pada saat yang bersamaan?
Petrus menjawab itu bisa dilakukan karena orang Kristen adalah ”hamba Allah”. Dengan kata lain, ketika Anda tunduk pada ”lembaga manusia” (1 Pet. 2:13), Anda tidak melakukannya sebagai budak dari lembaga itu. Anda melakukannya dalam kemerdekaan karena Anda adalah hamba-Nya Allah, bukan hamba manusia. Allah memiliki umat-Nya — melalui penciptaan dan penebusan.
Rasul Paulus menyatakan gagasan yang sama: ”Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar” (1 Kor. 6:20). Allah membeli Anda dengan darah-Nya Kristus. Dia memilikimu. Jika Allah memiliki Anda, tidak ada orang lain yang bisa memilikimu: ”Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia” (1 Kor. 7:23).
Orang Kristen tidak dimiliki oleh siapa pun — baik oleh masyarakat, perusahaan, klan, keluarga, sekolah, militer, pemerintah, maupun kelompok politik. Hanya Allah yang memiliki kita. Hanya Allah yang memerintah kita. Kita tidak diperintah oleh siapa pun. Kita merdeka dari semua kepemilikan dan aturan manusia.
Ketika kita tunduk, kita melakukannya demi Tuhan. Begitulah firman-Nya. Kepemilikan Allah atas umat-Nya melucuti setiap hak yang menentukan dari otoritas manusia. Itu mengubah setiap tindakan kepatuhan manusia menjadi ibadah. Ketika kita tunduk, kita melakukannya untuk kemuliaan-Nya Sang Pemilik-dan-Tuan kita. Hidup kita secara radikal bergerak menuju Allah.
”Anak-anaknya Bebas”
Selama hidupnya di bumi, Yesus telah memberi pelajaran tentang kemerdekaan pada Petrus. Ia bertanya-tanya tentang pajak dua dirham yang harus dibayar orang Yahudi setiap tahun (Mat. 17:24). Jawaban Yesus seperti ini:
”Bagaimana pendapatmu, Simon? Dari siapakah raja-raja dunia ini menagih bea dan pajak? Dari anak-anaknya atau dari orang lain” Ketika Petrus menjawab, “Dari orang lain,” Yesus berkata kepadanya, “Kalau begitu, anak-anaknya bebas. Akan tetapi, supaya kita tidak menyinggung mereka, pergilah ke danau dan lemparkan kail. Ambillah ikan yang pertama muncul dan ketika kamu membuka mulutnya, kamu akan menemukan sekeping stater. Ambillah uang itu dan berikan kepada mereka, bagi-Ku dan bagimu” (Mat. 17:25–27, AYT).
”Anak-anaknya bebas”. Artinya, mereka merdeka dari otoritas manusia mana pun. Anak-anak hanya menaati Bapa mereka. Dia adalah otoritas penentu bagi mereka. Apa yang mereka lakukan, mereka lakukan karena kehendak-Nya, bukan kehendak manusia. Anak-anak-Nya bebas/merdeka.
Anak-anak Raja tidak wajib membayar pajak pada lembaga-lembaga yang didirikan oleh Bapa mereka. Mereka wajib menaati Bapa mereka, bukan manusia. Karena itu, ketika mereka membayar pajak, mereka melakukannya untuk menghormati Bapa karena Dia yang memberi mereka sumber daya dan perintah: ”Ambillah uang itu dan berikan kepada mereka, bagi-Ku dan bagimu” (Mat. 17:27, AYT).
Petrus belajar mengenai hal ini dan sekarang dia berkata pada orang Kristen, ”Hiduplah sebagai orang yang merdeka.” Anda adalah anak-anak-Nya Allah. Anda adalah hamba-Nya Allah. Status anak menyiratkan adanya hak istimewa dan cinta. Perbudakan menyiratkan adanya kepemilikan dan kendali Allah. Kedua status ini menyiratkan mengenai kemerdekaan dari manusia.
Kemerdekaan dari Manusia Bukanlah Peninggian Diri
Namun, celakalah orang Kristen jika kemerdekaan yang radikal ini membuat kita menjadi sombong. ”Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah” (1 Petrus 2:16). Kejahatan terbesar adalah kesombongan meninggikan diri. Petrus sangat jelas menekankan tentang bagaimana kepemilikan Allah dan Kebapaan-Nya seharusnya mempengaruhi umat-Nya (yang adalah budak-Nya; yang adalah anak-anak-Nya).
Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati. Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu (1 Pet. 5:5–7).
Orang-orang Kristen rendah hati karena mereka berada ”di bawah tangan Tuhan yang kuat”. Kita bersukacita karena ”Ia memelihara [kita]”. Kemerdekaan tidak membuat kita kurang ajar. Berani, ya. Kurang ajar, tidak. Ada keberanian yang khas Kristen — berani sambil merasa remuk hati. Kemerdekaan tidak membuat kita sombong. Berani, ya. Sombong, tidak. Ada keberanian yang khas Kristen — berani sambil merasa remuk hati.
Mengapa merasa remuk hati? Karena pakaian kita masih hangus dengan api yang hampir menghukum kita. Kita pantas mendapatkan hukuman. Hanya kasih karunia yang menyelamatkan kita. Kita sepenuhnya bergantung pada belas kasihan yang tidak layak-dan-berhak kita terima. Janji Allah pada anak-anak-Nya begitu luar biasa besarnya sehingga kita, seperti yang mereka katakan, terpana oleh-Nya — terpana. Kita dibuat rendah hati oleh ketinggian yang dijanjikan-Nya.
Karena itu, jangan ada seorang pun yang bermegah dalam manusia. Sebab, segala sesuatu adalah milikmu,…. Dan, kamu adalah milik Kristus, dan Kristus adalah milik Allah (1 Kor. 3:21–23, AYT).
Semua hal adalah milikmu! Jadi, janganlah sombong! Itulah paradoks kemerdekaan-Kristen. Bapa kita memiliki segalanya. Kita adalah ahli waris-Nya. Kita mewarisi segalanya. Kita adalah anak-anak-Nya. Anak-anak-Nya bebas. Karena itu, janganlah sombong; janganlah angkuh. Hanya boleh ada air mata kebahagiaan karena kita memang tidak pantas mendapatkannya. Kita ingin semua orang bergabung dengan kita di dalamnya. Namun, banyak yang menolak-Nya. Inilah kemerdekaan akan kasih; sebuah kemerdekaan yang membuat kita berhutang pada semua orang (Rom. 1:14); sebuah kemerdekaan dengan kewajiban radikal yang dikirim dari surga.
Dimerdekakan dari Rasa Takut Terhadap Manusia — Kubu Kiri atau Kanan
Sekarang, kita mungkin berpikir bahwa inti dari realitas alkitabiah tentang kemerdekaan Kristiani yang berani-dan-meremukkan hati ini adalah: ”Anda tidak perlu divaksinasi ketika Pemerintah menyuruh Anda melakukannya. Anda merdeka. Hiduplah sebagai orang yang merdeka.”
Itu benar. Tentu saja. Jika Bapa di surga membuat jelas pada Anda, dengan firman dan hikmat bijaksana-Nya, bahwa kemuliaan-Nya dan kebaikan sesamanya Anda akan lebih baik dilayani dengan tidak memberi diri divaksinasi, Anda bebas mengambil risiko terkena COVID karena dilandasi motivasi untuk mengasihi. Tidak ada orang Kristen yang wajib tunduk pada mandat yang tidak beralasan.
Namun, bukan itu yang menjadi poin utamanya saya.
Poinnya saya adalah: ”Jangan diperbudak oleh rasa takut pada manusia.” Jangan diperbudak oleh rasa takut dianggap menyimpang dari sekutu ideologisnya Anda. Istilah lama untuk hal ini adalah tekanan rekan sejawat. Anda merdeka.
- Anda telah mempertimbangkan risiko COVID ketika Anda menyaksikan ratusan ribu orang meninggal.
- Anda telah mempertimbangkan risiko jangka pendek dan jangka panjang dari vaksin ketika Anda melihat jutaan orang telah mendapatkan suntikan.
- Anda telah membandingkan frekuensi rawat inap dan kematian orang-orang yang dengan-dan-tanpa vaksin.
- Anda telah berpikir keras mengenai implikasi penggunaan kultur-sel hasil aborsi janin bayi dalam produksi-dan-pengujian vaksin.
- Anda telah bersukacita atas meningkatnya bukti bahwa kekebalan alami, yang dikembangkan setelah pulih dari COVID, sama efektifnya dengan kekebalan imun dari vaksinasi.
- Anda telah merenungkan berbagai kemungkinan mengenai dugaan adanya konspirasi.
Hati nuraninya Anda semakin jernih. Anda kemudian mendengar: ”Berilah diri divaksinasi.” Namun, ada ketakutan yang mengganggu Anda untuk melihat kubu kiri, progresif, atau Demokrat; berkompromi atau terbangun!
Jadi, pesan saya kepada orang-orang seperti ini adalah: ”Anak-anak-Nya Allah bebas!”
Masing-masing dari kita berdiri atau jatuh di hadapan Tuannya sendiri (Roma 14:4). ”Hiduplah sebagai orang-orang yang merdeka.” Merdeka dari rasa takut terhadap manusia; takut dilabeli; takut disebut penyusup; takut disangsikan sebagai tidak benar-benar bagian dari para penentang yang pemberani — terutama ketika Anda tahu bahwa ribuan penentang itu benar-benar pemberani, bijaksana, dan penuh pertimbangan.
Namun, ketakutan bukanlah kemerdekaan. ”Takut kepada orang mendatangkan jerat, tetapi siapa percaya kepada TUHAN, dilindungi” (Ams. 29:25). Ketakutan terhadap manusia menjerat kemerdekaan.
Mengapa? Karena jiwa yang takut sudah terjerat; sudah tertangkap; sudah terikat dan diperbudak.
Saya memanggilmu untuk sesuatu yang lebih baik. ”Demi kemerdekaan, Kristus telah membebaskan kita. Karena itu, berdirilah teguh dan jangan lagi mau dibebani dengan kuk perbudakan” (Gal. 5:1, AYT). Bukan kuk pemerintah. Bukan kuk anti-pemerintah. Bukan kuk kubu kiri. Bukan kuk kubu kanan.
Anda dengan berintegritas memiliki kemerdekaan untuk mengatakan, ”Keputusan saya untuk divaksinasi bukanlah keputusan politik. Itu bukan mengenai kubu kanan atau kiri. Itu adalah tindakan kasih yang diinformasikan secara alkitabiah.”Anak-anak-Nya Allah bebas. Baik dengan penuh air mata maupun dengan sukacita, mereka merdeka. Karena itu, ”hiduplah sebagai orang-orang yang merdeka”.
***
Artikel ini diterjemahkan dari desiringgod.org dengan judul "A Reason to Be Vaccinated: Freedom."